
DIARY.CO.ID – Selama beberapa pekan ini, warganet dihebohkan dengan cerita viral “KKN di Desa Penari”. Cerita yang ditulis oleh akun Twitter @SimpleM81378523 tersebut mengisahkan tentang pengalaman mistis yang dialami sekelompok mahasiswa KKN di sebuah pedalaman desa di Jawa Timur. Kejadian demi kejadian ditulis sedemikian menyeramkan hingga berhasil meraih perhatian warganet yang kemudian membagikannya secara massal di dunia maya, dalam kisah tersebut ada dua versi yakni versi nur dan versi widya, bahkan banyak isu mengabarkan akan dibuatkan versi film kkn desa penari, ada-ada saja memang kelakukan netizen indonesia. Berdasarkan penelusuran diary.co.id, ternyata banyak pesan moral kkn desa penari yang bisa Anda ambil lho dari cerita horror ini. Simak uraiannya berikut hanya untuk Anda.
5 Pesan Moral KKN Desa Penari, Simak Guys!
[the_ad id=”4827″]
1. Menjunjung tinggi adat setempat
Ungkapan peribahasa “Di mana bumi dipijak, di sana langit dijunjung,” barangkali benar adanya. Kemampuan untuk selalu menghormati adat dan budaya di daerah yang sedang ditempati menjadi kewajiban setiap manusia sebagai makhluk yang berbudaya.
Pesan moral ini yang coba ingin disampaikan dalam cerita “KKN di Desa Penari”. Dalam ceritanya, tokoh Ayu dan Bima berbuat tindakan asusila di tempat KKN dan membuat program kerja yang kurang berkenan di hati masyarakat desa yaitu menanam pohon di tengah jalan. Perbuatan yang tidak sesuai dengan norma-norma daerah setempat akhirnya menuai dampak buruk bagi keduanya bahkan keempat rekan kelompok lainnya.
2. Terbuka dengan warga sekitar
Baca Kumpulan Tips dan Artikel Menarik, Cek disini! Baca Juga : Ini ulasan Pesan Moral Film Dua Garis Biru
Lazim bagi mahasiswa yang menjalani program KKN untuk banyak bertanya dengan warga sekitar mengenai potensi desa, hal-hal yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan di sana. Hal ini semata-mata untuk menunjang kelancaran program yang dijalankan tanpa perlu menimbulkan permasalahan-permasalahan tidak perlu di kemudian hari.
Konsultasi paling utama dilakukan pada kepala desa dan sesepuh desa yang telah mengetahui seluk beluk desa tersebut secara rinci. Simak baik-baik tiap informasi yang diberikan dan laksanakan dengan sungguh-sungguh. Sebab, informasi yang disampaikan tentu menjadi rujukan untuk keselamatan bagi para mahasiswa atau tamu dari luar desa tersebut.
3. Maksimalkan penggunaan logika dan akal sehat
Logika dan perasaan ibaratnya seperti satu kesatuan yang saling melengkapi. Perasaan digunakan untuk mengekspresikan rasa kemanusiaan manusia, sedangkan logika menjadi pakem dan pembatasnya agar tidak kebablasan.
Baca Juga : Jangan Bingung, Boys! Ternyata Ini 7 Alasan Wanita Tiba-Tiba Menangis! Baca Juga : Menyikapi Hubungan Tanpa Status, Pertahankan atau Tinggalkan?
Pesan ini tercermin dari bagaimana Bima berupaya di luar batas akal sehat untuk bisa mendapatkan Widya. Segala cara dilakukan agar Widya tergila-gila dan mencintai dirinya. Persoalan cinta sepasang anak muda memang paling sering menutup logika. Yang paling penting adalah segala kemauannya terpenuhi secara cepat dan tepat.
4. Tidak merespon berlebihan suatu kisah
Viralnya cerita “KKN di Desa Penari” memang menarik perhatian banyak orang. Sebab, lazimnya perguruan tinggi untuk mengadakan kegiatan KKN setiap tahun. Dengan demikian, wajar kiranya jika banyak orang terutama yang pernah merasakan KKN bisa langsung merasakan “feel” dalam cerita tersebut.
Namun, hal penting yang tidak boleh dilupakan dalam menyikapi cerita ini adalah menjaga kewarasan sebagai pembaca. Sang penulis cerita telah menyampaikan klarifikasinya melalui akun Youtube Raditya Dika jika beberapa unsur yang ada di cerita tersebut telah mengalami perubahan. Ada beberapa yang dikurangi, dan ada pula yang ditambahkan, semata-mata agar tulisan tersebut tampak lebih menarik. Oleh karena itu, cerita yang ada hanya perlu dijadikan sebagai referensi saja bahwa dahulu kala terdapat KKN yang menyeramkan di pedalaman Jawa Timur, bukan untuk menakut-nakuti para mahasiswa yang akan berangkat KKN.
[the_ad id=”4719″]
Baca Juga : 7 Tips Mendapatkan Pacar TNI, Pasangan Idaman Wanita Baca Juga : 7 Kondisi yang Sebabkan Hubungan Tanpa Komunikasi
5. Menjaga hubungan internal kelompok
Mengabdi di masyarakat dalam jangka waktu yang lama tentu membutuhkan hubungan yang harmonis antar anggota kelompoknya. Terbuka satu sama lain, saling menghormati, menghargai hak rekan-rekan yang lain dan tidak hanya mementingkan diri sendiri menjadi bekal utama dalam kelompok. Jika aspek ini sudah terpenuhi, maka akan menjadi lebih mudah untuk menjalankan setiap program.