Bandarlampung – Staf Ahli Gubernur Lampung bidang Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan Zainal Abidin mengikuti Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah melalui Virtual Meeting yang dipimpin oleh Plt. Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri, Tomsi Tohir, dari Ruang Command Center Lt. II Diskominfotik Provinsi
Lampung, Senin (27/05/2024).
Pada pembukanya, Plt. Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri Tomsi Tohir menyampaikan bahwa terdapat beberapa hal yang menjadi penekanan oleh Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia, diantaranya agar Kepala Daerah dapat membuat konsep perencanaan dan langkah antisipasi dalam upaya penanganan inflasi.
“Begitu juga kami harapkan teman-teman Kepala Daerah, membuat perencanaan satu tahun dengan berkaca kepada tahun-tahun yang lalu, dengan berkaca kepada kegiatan-kegiatan masyarakat di sana, acara-acara yang dapat mengakibatkan kebutuhan itu meningkat, atau juga cuaca yang dapat mengakibatkan distribusi terganggu, ini tolong dibuat perencanaannya kemudian langkah antisipasinya apa. Boleh kita berbicara jangka pendek, tetapi jangka panjang, melaksanakan MoU antar daerah dan lain sebagainya, ini harus benar-benar dilaksanakan. Kemudian penanaman harus benar-benar dilaksanakan,” ujarnya.
Selanjutnya, Ia turut melaporkan Simpulan Hasil Monev Tim Aparat Pengawasan Intern Pemerintah terkait upaya yang dilakukan dan dilaporkan Pemda dalam tahun 2024. Dari simpulan tersebut, Ia menyampaikan bahwasanya Pemda sudah mulai aktif dan angkanya sudah mulai naik. Namun demikian, masih belum cukup. Di
mana dari jumlah 552 Kabupaten/Kota dan Provinsi di Indonesia, baru sekitar 70-80% Kepala Daerah yang memberikan perhatian cukup besar.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Pudji Ismartini melaporkan terkait Tinjauan Inflasi dan Indeks Perkembangan Harga Minggu Ke-4 Mei 2024. Pada Perkembangan Inflasi Komponen Selama Bulan Mei, secara historis dari 2020-2023, dilaporkan bahwa pada Mei selalu terjadi inflasi. Namun, inflasi
Mei relatif lebih rendah dibandingkan dengan inflasi April, kecuali pada tahun 2022.
Inflasi Mei dominan disebabkan oleh inflasi bergejolak, kecuali pada tahun 2020 komponen harga diatur pemerintah menyumbang andil inflasi terbesar dan tahun 2021 komponen inti menyumbang andil inflasi terbesar. Adapun inflasi Mei tertinggi terjadi pada Mei 2022, utamanya disebabkan oleh komponen bergejolak. Oleh
karena itu, komponen harga bergejolak perlu diwaspadai.
Selain itu, secara umum dari Mei 2020-Mei 2023, terlihat bahwa komponen harga bergejolak memberikan andil yang dominan terhadap inflasi di bulan Mei. Kemudian di bulan Mei 2020-Mei 2022, terlihat bahwa tarif angkutan udara mendominasi andil inflasi pada bulan Mei. Hal ini disebabkan karena pada tahun-tahun tersebut, Idul
Fitri jatuh di bulan Mei. Namun demikian, secara umum, harga bergejolak tetap memberikan andil dominan terhadap inflasi pada bulan Mei setiap tahunnya. (*)
Leave a Reply