Semangat! Ini 7 Musuh Besar Pejuang Skripsi

Pejuang Skripsi
Pejuang Skripsi Harus Kuat!
Seminar Proposal
Pejuang Wisuda

 

DIARY.CO.ID – Bagi para pejuang skripsi, dapat dipastikan keinginan terbesarnya adalah wisuda secepat mungkin dengan nilai sebaik mungkin. Tetapi sayangnya, keinginan tersebut tidak semudah itu untuk diwujudkan. Pejuang skripsi harus bergelut dengan banyak hal demi mimpi meraih gelar sarjana. Apa sajakah kendala atau musuh besar yang banyak dihadapi para pejuang skripsi? Intip uraiannya berikut ini. Sebelumnya Diary.co.id telah membahas tentang seminar proposal skripsi disini

Semangat! Ini 7 Musuh Besar Pejuang Skripsi

[the_ad id=”4827″]

1. Dosen yang sulit ditemui

Dosen dengan jadwal padat merayap tentu menjadi tantangan terbesar para pejuang skripsi. Mereka harus ekstra mengatur jadwal dan mengabdi di depan ruang dosen demi bimbingan beberapa menit dengan beliau. Belum lagi ketika mereka harus pergi ke luar kota atau luar negeri, para pejuang skripsi tentu akan kelimpungan dibuatnya.

2. Dosen yang perfeksionis

Menjadi dosen pembimbing tentu menginginkan mahasiswa bimbingannya mampu membuat skripsi yang baik. Namun, akan berbeda tantangannya jika dosen yang bersangkutan terlalu perfeksionis. Alih-alih mengarahkan, biasanya saran-saran yang diberikan justru membuat bingung mahasiswa bimbingannya. Jika bertemu dengan dosen tipe yang satu ini, wajib hukumnya untuk selalu merekam proses bimbingan. Dengan demikian, Anda dapat memutar rekaman tersebut dan mencerna saran-saran yang diberikan dengan lebih mudah.

3. Dosen yang pelit nilai

Sudah berjuang semaksimal mungkin, tentu para pejuang skripsi menginginkan hasil yang maksimal. Namun, realitanya tidak pernah semudah itu. Sebab, banyak dosen yang tergolong perhitungan ketika memberikan nilai kepada mahasiswanya. Bisa karena mereka memiliki standar yang tinggi atau skripsi yang digarap kualitasnya juga tidak terlalu tinggi. Jika bertemu dengan dosen yang pelit nilai, Anda harus segera berjuang ekstra demi mendapatkan nilai yang maksimal. Hal ini sebenarnya berdampak positif karena dapat memacu Anda lebih giat dalam menggarap skripsi, tetapi juga tidak menutup kemungkinan justru down dengan hal tersebut.

4. Sistem yang rumit

Sewa ruangan, membuat surat pengantar, tanda tangan dosen dan hal-hal administratif lainnya yang rumit juga sering membuat mental para pejuang skripsi melempem. Selain menguras banyak tenaga, juga harus mengorbankan waktu dan uang yang tidak sedikit. Guna menyiasati hal ini, para pejuang skripsi diharapkan untuk lebih bersabar dan melalui prosesnya secara perlahan.

5. Rasa malas

Rasa malas tentu menjadi musuh paling besar dalam pergulatan perjuang skripsi. Maksud hati ingin revisi, namun terdistraksi dengan ponsel, media sosial, pacaran, tidur-tiduran, dan aktivitas lainnya yang menghambat proses mengerjakan skripsi.
Rasa malas berkepanjangan tentu menjadi boomerang bagi pejuang skripsi. Sebab, semangat untuk wisuda secara perlahan tapi pasti akan terkikis dan kemajuan skripsinya otomatis terhambat. Oleh karena itu, sebisa mungkin rasa malas harus dikendalikan sesegera mungkin. Jika Anda bingung bagaimana caranya, maka cara yang paling mudah adalah bergaul dengan orang-orang yang memiliki semangat tinggi untuk wisuda dengan harapan dapat menularkan semangat tersebut pada diri Anda.

6. Mahalnya biaya menuju wisuda

[the_ad id=”4719″]

Pejuang Skripsi
Pejuang Skripsi Harus Kuat!

 

Tidak dapat dipungkiri jika kuliah adalah aktivitas yang membutuhkan banyak biaya. Terlebih lagi bagi para pejuang skripsi. Mereka harus mencetak draft setiap kali bimbingan, membayar sewa ruangan ketika akan seminar, melaksanakan sidang, membayar uang wisuda, fotocopy berkas-berkas, foto ijazah, dan lain sebagainya. Belum lagi bagi mahasiswa rantau yang juga harus membayar uang kos dan biaya hidupnya sendiri. Hal-hal tersebut dapat dipastikan menguras kantong mereka dalam-dalam.

7. Teman yang sering pamer

Lazim dalam dunia perskripsian di mana satu dengan yang lainnya saling mendahului. Yang awalnya seminar proposal lebih dulu, kini harus berlapang dada di wisuda terakhiran. Dalam menghadapi realita ini tentu membutuhkan keikhlasan dan dukungan moral dari orang-orang terdekat agar tidak down. Tapi sayangnya, banyak teman yang berhasil wisuda lebih dulu yang justru pamer pencapaian pada teman-temannya yang sering dilanda kegagalan. Jika sudah demikian, jadikan pamer yang dilakukan teman Anda pacuan untuk segera menyelesaikan skripsi juga dan buktikan bahwa Anda juga bisa.

Laporan kontributor diary.co.id: Kiki Novilia

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*