PUSKAM SBL Ajak Masyarakat Lestarikan Budaya dan menggali Sejarah Lampung

Ketua SBL Yuridis Mahendra. Foto: Anisa
Ketua Puskam SBL, Yuridis Mahendra. Foto: Anisa

DIARY.CO.ID – Ketua Lembaga Pusat Studi Kajian Sejarah Budaya Lampung (PUSKAM SBL) Yuridis Mahendra mengkritik kelemahan budaya Lampung Yang ada di Sang Bumi Ruwa Jurai yang hingga kini masih sebatas dongeng belaka tanpa fakta ilmiah berdasarkan alat bukti yang dapat di tunjukkan, sehingga di khawatirkan bisa saja menimbulkan perspektif yang beragam di tengah era perkembangan zaman Modernisasi saat ini.

Saat diary.co.id menemui Ketua Lembaga tersebut di kantornya, jalan Pagar alam PU Gang Landak Kelurahan Segalamider. Dirinya mengatakan berdirinya Pusat Studi Kajian Ilmiah Sejarah Budaya Lampung (PUSKAM SBL) Berawal dari keprihatinan Sejarah Budaya Lampung yang mulai tergerus oleh zaman.

“Kami meneliti dan menggali Soal sejarah Budaya Lampung itu mulai kurang lebih 5 tahun yang lalu, menariknya Ketika berbicara soal Sejarah Budaya Lampung Menurut kami Berkenaan dengan hal itu sudah sangat lengkap dan kompleks, Dari Sisi Kemajuan Peradaban zaman, Pemerintahan, Hukum, Sosial, Politik dan lainnya, Seperti Pembagian Marga, kepaksian, Kebuaiyan dan lainnya,” ujarnya, Jumat (30/8/2019).

Tetapi sayangnya penggalian Sejarah Budaya Lampung hari ini tidaklah mudah sebab terkendala oleh banyak hal dikarnakan budaya Lampung selama ini hanya dapat dinikmati hanya tersirat bukan tersurat, tetapi bukan Berarti meniadakan Sejarah tersurat itu sendiri.

Jadi sangatlah disayangkan jika hal tersebut selaku generasi penerus hanya bisa menikmati mendengar Seperti dongeng yang disampaikan orang tua, tetapi tidak melihat alat bukti. Sehingga wajar saja banyak catatan yang terputus dan hilang, Dugaan kami penyebabnya ada faktor kurangnya Animo dari masyarakat untuk mempelajari dan menunjukan bukti sejarah itu sendiri. Selain itu kurangnya kerja sama antara Pemuka-pemuka adat untuk memberikan keterangan dan menunjukkan alat bukti.

“Khususnya ulun (orang) Lampung itu memiliki suatu kebesaran. Sehingga saya berharap, Mari sama-sama rapatkan barisan. Kita kumpulkan kembali kisah – kisah cerita nenek moyang kita untuk merangkai dalam suatu cerita yang menurut Kami merupakan catatan yang hilang,” paparnya.

Dirinya beserta Tim Pusat Studi Kajian Sejarah Budaya lampung (PUSKAM SBL) Optimis Untuk kedepan mampu membangun perpustakaan yang akan menjadi rujukan tentang budaya Lampung, sanggar-sanggar seni, penerbitan buku-buku sejarah hingga membuat film kolosal dokumenter tentang budaya Lampung.

“Seperti halnya tentang Perjuangan Radin Itten, kejayaan Kerajaan Tulangbawang, Raden Jambat, Kepaksian Pak Sekala Beghak (Kepaksian Pernong) dan lain sebagainya. Tentu kisah Kejayaan dimasa lampau akan sangat menarik, jika diangkat dalam sebuah film yang nantinya dapat dinikmati bersama bukan hanya di Lampung namun hingga di Mancanegara,” tutupnya.

Hal Senada diamini oleh Anton Lironi yang juga Aktivis Lampung, saat dihubungi via telepon

“Saya sangat Sepakat atas Gerakan yang dilakukan oleh Tim Puskam SBL, Mengingat Kebudayaan Lampung mulai terkikis oleh Kebijakan Pemerintah yang kurang Sungguh-sungguh melestarikan Budaya setempat,” ujarnya.

Pemerintah hari ini lebih disibukkan oleh ceremonial belaka, hanya sebatas Simbolik dan tidak Substansi demi pelestarian Sejarah itu sendiri,” lanjutnya.

Anton pun mencontohkan bahwa kurun waktu lima Tahun ini terkesan main-main Tentang Kebudayaan terkait Pembelajaran muatan Lokal, mulai perlahan menghilangnya Bahasa, Sejarah dan Aksara Lampung Dalam Kurikulum Muatan Lokal baik Sekolah Dasar hingga Menengah Atas dan Sederajat. (Anisa)

Be the first to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*